Rabu pagi (11/5/2016), Ridwan Kamil mendatangi Kebun Binatang Bandung, Jalan Tamansari. Ia memperoleh informasi ada gajah yang sakit di kebun binatang yang dikelola Yayasan Margasatwa Tamansari itu. Ridwan Kamil terlihat kaget melihat kondisi gajah berusia 37 tahun itu.
Badan Yani terlihat kurus. Matanya basah hingga berkerak, nafasnya terlihat sesak. Keempat kaki gagahnya kini lunglai tidak bergerak. Yani hanya menggerakkan belalainya, berusaha menggapai benda-benda di sekelilingnya. Tubuhnya sangat kotor. Matahari sangat kuat menyorot tubuhnya.
Pengelola yang diwakili Sudaryo sebagai humas yayasan, baru datang setelah Emil mau pergi. Kepada wartawan dia mengaku, sudah setahun ini, memang tidak ada dokter hewan di Kebun Binatang Bandung. Namun ia menolak, dikatakan menelantarkan para binatang, khususnya Yani.
"Kami bukan tidak berusaha mencari dokter. Kami berupaya. Tapi kan ini bukan dokter hewan biasa. Ini satwa liar, harus khusus. Tidak gampang mencari dokter spesialis," akunya. Saat ini, kata Sudaryo, pihaknya hanya melakukan konseling kepada ahli gajah di Lampung.
Sore harinya, tim dokter hewan dari Pemkot Bandung dan BKSDA Jabar mendatangi Kebun Binatang. Mereka langsung menangani Yani. Sekitar 10 orang berusaha membalikkan badan Yani yang tergolek lemah. Saat dibalikkan, kondisi Yani semakin terlihat menyedihkan. Dari telinganya mengeluarkan darah dan sebagian kulit badannya mengelupas.
Yani langsung dipasangi infus dan diberi makan. Kakinya mulai bisa bergerak. Tim dokter juga mengambil sampel darahnya untuk diperiksa di laboratorium. Karena keterbatasan peralatan, tim dokter meminta bantuan dari dokter Taman Safari sore kemarin.
Namun kabar duka datang pukul 18.00 WIB. Yani tidak bisa bertahan. Hewan yang dilindungi itu mati.
Sebelumnya Sudaryo meminta kasus Yani tidak dibesar-besarkan. "Saya meminta jangan terlalu dibesarkan, satwa sakit dimana-mana juga ada, cuma memang seperti ini kondisi kami. Yang jelas ini tidak seperti kebun binatang yang pengurusnya bermasalah," tandasnya.
Kematian Yani, membuat Emil geram. Melalui akun media sosialnya ia menyerukan memboikot Kebun Binatang Bandung, dengan hastag #BoikotBonbinBDG. "Hastag tersebut bisa digunakan warga untuk mengingatkan kepada pengelola. Selama masyarakat tidak direspon, suarakan!" tegasnya.
Emil juga menegaskan akan mencari upaya hukum agar pengelolaan Kebun Binatang Bandung bisa dikelola secara profesional oleh pihak yang memang mumpuni. Selama ini Pemkot tidak bisa berbuat banyak untuk intervensi pengelola. Meski diakuinya sejak 2013, ia selalu melakukan komunikasi dengan pihak pengelola.
"Makanya dari awal saya sudah bilang, kalau tidak sanggup udah open aja ke investasi, kalau tidak bisa nyarinya, Pemkot ngebantuin. Dari awalnya juga saya sudah geregetan dan kesal," tegasnya.
0 komentar:
Post a Comment